Pengertian Resensi
Dalam bahasa Latin resensi atau recensie artinya "melihat kembali, menimbang atau menilai". Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resensi memiliki arti pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Tindakan meresensi memiliki arti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas atau mengkritik buku. Jadi, resensi ialah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai buku, baik non fiksi maupun fiksi/suatu karya sastra (cerpen, novel, drama/film, puisi).
Tujuan Resensi :
1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif
(mendalam) tentang apa yang tampak dan
terungkap dalam suatu karya.
2. Memberikan gambaran kepada masyarakat
apakah karya yang diresensi itu merupakan suatu karya
yang bermutu
atau tidak.
3. Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah buku
itu layak untuk dibaca.
Unsur - Unsur Resensi :Didalam sebuah resensi karya sastra terdapat
dua macam unsur, yaitu:
1. Unsur Intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita
karya sastra yang berasal dari dalam.
2. Unsur Ekstrinsik yaitu
unsur yang membangun cerita karya sastra yang
berasal dari luar (kebalikan
dari unsur intrinsik).
dari unsur intrinsik).
Unsur Intrinsik
• Tokoh
Tokoh ialah Individu yang mengalami berbagai peristiwa didalam cerita. Jika dilihat dari peran tokoh
dalam pengembangan plot dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pembantu, sedangkan
jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat pula dibedakan kedalam tokoh protagonis dan tokoh
antagonis.
dalam pengembangan plot dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pembantu, sedangkan
jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat pula dibedakan kedalam tokoh protagonis dan tokoh
antagonis.
1. Tokoh Protagonis ialah
tokoh yang memiliki watak tertentu
dalam segi kebenaran ( baik hati,
jujur, setia, dll)
jujur, setia, dll)
2. Tokoh Antagonis ialah tokoh yang memiliki watak
bertentangan dengan tokoh protagonis.
3. Tokoh Tritagonis ialah tokoh yang selalu menjadi penengah, dan sering dimunculkan sebagai Tokoh
atau orang ketiga.
4. Tokoh Pembantu atau peran pembantu atau figuran ialah tokoh yang membantu cerita tokoh
utama, posisinya bisa sebagai seorang pahlawan ataupun sebagai penentang tokoh utama.
atau orang ketiga.
4. Tokoh Pembantu atau peran pembantu atau figuran ialah tokoh yang membantu cerita tokoh
utama, posisinya bisa sebagai seorang pahlawan ataupun sebagai penentang tokoh utama.
• Penokohan/Perwatakan
Yang dimaksud dengan penokohan ialah penggambaran tentang
watak tokoh dalam suatu cerita karya
sastra. Ada 3 cara yang dapata dilakukan untuk menggambarkan watak tokoh dalam cerita karya sastra,
yaitu:
sastra. Ada 3 cara yang dapata dilakukan untuk menggambarkan watak tokoh dalam cerita karya sastra,
yaitu:
1. Campuran ialah penggambaran
watak tokoh melalui penggabungan cara analitik dan dramatik
dengan
tujuan untuk saling melengkapi.
tujuan untuk saling melengkapi.
2. Analitik cara ini dilakukan pengarang untuk menggambarkan watak
tokoh secara langsung.
Contoh : Siapa yang tidak mengenal Didi yang pintar dan selalu ceria. Meskipun secara fisik
terlihat pendek namun sosoknya yang ramah dan baik hati kepada teman – temannya membuat dirinya
menjadi panutan.
Contoh : Siapa yang tidak mengenal Didi yang pintar dan selalu ceria. Meskipun secara fisik
terlihat pendek namun sosoknya yang ramah dan baik hati kepada teman – temannya membuat dirinya
menjadi panutan.
3. Dramatik ialah cara pengarang
untuk menggambarkan tokoh utama secara tersurat, dengan kata lain
tidak
langsung. Penokohan cara ini bisa melalui
penggambaran tempat tinggal, percakapan atau
dialog antar tokoh, fisik, tingkah laku, komentar
tokoh lain terhadap tokoh tertentu dan jalan pikiran
tokoh. Dibawah ini contoh paragraf yang menggambarkan tokoh dengan cara
dramatik :
- Penggambaran Tokoh Melalui Jalan Pikiran Tokoh.
Contoh : Tatkala aku masuk sekolah MULO, demikian fasih
lidahku dalam Bahasa Belanda
sehingga orang yang hanya mendengarkanku
berbicara dan tidak melihat aku, mengira bahwa aku anak
Belanda. Aku pun
bertambah lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari -
hari
ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang
berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri
dengan langgam lenggok orang Beland.
- Penggambaran
Tokoh Melalui Tingkah Laku/Perilaku Tokoh.
Contoh : Di siang yang terik itu dia berjalan sendiri. Dengan gontai
ia gendong tas itu. Sesekali terlihat
bahwa ia menegur dan bahkan bertanya
kepada orang yang dilaluinya. Setiap selesai ia bertanya, ia
selalu
menganggukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih.
- Penggambaran Tokoh Melalui
Dialog Antar Tokoh.
Contoh :
“ Kupukul kau kalau tidak mau mengaku. Dengan cara apa lagi
aku mendapatkan pengakuanmu. ”
• Tema
Tema ialah suatu unsur dalam karya sastra yang menjadi pokok
masalah/pokok pikiran dari pengarang
melalui karyanya (jalan cerita).
melalui karyanya (jalan cerita).
• Plot / Alur
Plot atau alur ialah jalan cerita atau rangkaian peristiwa
dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa ini
disusun berdasarkan hukum kausalitas ( hubungan yang menunjukkan sebab - akibat). Berdasarkan
hubungan tersebut setiap cerita memiliki plot/alur cerita sebagai berikut :
disusun berdasarkan hukum kausalitas ( hubungan yang menunjukkan sebab - akibat). Berdasarkan
hubungan tersebut setiap cerita memiliki plot/alur cerita sebagai berikut :
1. Tahapan perkenalan ialah tahap dimana
permulaan suatu cerita dimulai dengan suatu kejadian, tetapi
belum ada
ketegangan. Di tahap ini berisi pengenalan tokoh, reaksi antar pelaku, penggambaran
fisik
dan penggambaran tempat).
2. Menuju ketahap pertikaian ialah tahap
dimana terjadinya pertentangan antar pelaku ( awal mula
pertentangan selanjutnya).
Konflik dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a). Konflik Internal ialah konflik yang terjadi dalam diri sang tokoh.
Konflik dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a). Konflik Internal ialah konflik yang terjadi dalam diri sang tokoh.
b). Konflik Eksternal ialah konflik
yang terjadi dari luar diri tokoh (konflik tokoh dengan tokoh, tokoh
dengan lingkungan, tokoh dengan tuhan, dll).
dengan lingkungan, tokoh dengan tuhan, dll).
3. Komplikasi atau tahap penanjakan konflik, ketegangan dirasakan mulai semakin
berkembang dan rumit
terjadi pada tahap ini (nasib pelaku semakin sulit diduga).
4. Klimaks merupakan ketegangan yang
semakin memuncak ( perubahan nasib pelaku sudah mulai dapat
diduga, kadang pula
tidak terbukti pada akhir cerita).
5. Penyelesaian, tahap akhir cerita pada
bagian ini terdapat penjelasan mengenai nasib-nasib yang dialami
para tokoh
dalam cerita setelah mengalami konflik dalam cerita. Beberapa cerita terkadang
menyerahkan penyelasaian kepada pembaca, sehingga akhir cerita seperti ini tak
ada penyelesaian atau
menggantung.
Plot dapat dibedakan menjadi dua macam jika dilihat dari
segi keeratan hubungan antar peristiwa, yaitu:
1. Plot Erat yaitu sebuah cerita yang
memilik i plot erat jika hubungan antar peristiwa terjalin dengan
rapat,
sehingga tak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan.
2. Plot Longgar yaitu jika hubungan antar
peristiwa terjalin kurang erat dan jika ada salah satu jalan cerita
yang
dihilangkan maka penghilangan jalan cerita tersebut tidak akan mengganggu jalan
cerita.
Berdasarkan jalan cerita plot dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Plot Ledakan yaitu plot yang akhir
ceritanya mengejutkan dan tak terduga-duga.
2. Plot Lembut yaitu plot yang akhir
ceritanya berakhir tanpa adanya kejutan.
3. Plot Campuran yaitu plo t yang a khir
cerita menggabungkan kedua plot sebelumnya ( ledakan &
lembut).
Berdasarkan rangkaian peristiwanya plot dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Plot Maju, yaitu rangkaian peristiwa
yang diceritakan mulai dari awal hingga akhir cerita.
2. Plot Mundur atau sorot balik atau flash back,
yaitu peristiwa - perisiwa yang menjadi bagian penutup
diutarakan terlebih dahulu, baru menceritakan peristiwa - peristiwa pokok sebagai kenangan/masa lalau
sang tokoh.
diutarakan terlebih dahulu, baru menceritakan peristiwa - peristiwa pokok sebagai kenangan/masa lalau
sang tokoh.
3. Plot Campuran, yaitu
peristiwa - peristiwa pokok diceritakan diawal lalu dilanjutkan dengan
menceritakan peristiwa - peristiwa lama atau masa lalu tokoh sebagai sebuah kenangan,
dan diakhiri
dengan peristiwa - peristiwa pokok (masa kini).
dengan peristiwa - peristiwa pokok (masa kini).
Plot yang dilihat dari segi sifatnya dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1. Plot Terbuka, yaitu akhir cerita yang dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.
2. Plot Tertutup, yaitu akhir cerita yang tidak dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan
cerita.
3. Plot Campuran, yaitu penggabungan antara plot terbuka dan plot tertutup.
1. Plot Terbuka, yaitu akhir cerita yang dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.
2. Plot Tertutup, yaitu akhir cerita yang tidak dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan
cerita.
3. Plot Campuran, yaitu penggabungan antara plot terbuka dan plot tertutup.
• Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah cara pengarang dalam mengungkapkan
ide/gagasan melalui cerita.
• Sudut Pandang/Point Of View
Sudut pandang ialah posisi pengarang dalam sebuah cerita
atau karya sastra. Posisi pengarang ini
terbagi menjadi 2, yaitu:
terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Pengarang berperan langsung sebagai
tokoh utama.
2. Pengarang hanya sebagai orang ketiga yang
posisinya sebagai pengamat.
• Amanat
Amanat ialah pesan atau kesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui jalan cerita. Pesan
dalam karya sastra bisa berupa, kritik, saran, harapan, usul, dll.
dalam karya sastra bisa berupa, kritik, saran, harapan, usul, dll.
• Latar/Setting
Latar ialah tempat dimana terjadinya kejadian atau peristiwa dan
waktu terjadinya sebuah peristiwa,
latar juga menjelaskan segala keterangan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dakam plot
cerita.
Latar terbagi lagi menjadi beberapa unsur seperti dibawah ini:
latar juga menjelaskan segala keterangan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dakam plot
cerita.
Latar terbagi lagi menjadi beberapa unsur seperti dibawah ini:
1. Latar Tempat ialah latar yang mengacu
pada lokasi terjadinya peristiwa dalam novel.
2. Contoh: Kota, Pedesaan, dll.
3. Latar Waktu ialah latar yang
berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa. Contoh: masa
kini, masa lalu, dll.
kini, masa lalu, dll.
4. Latar Sosial ialah latar yang mengacu
pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat. Contoh: Kesederhanaan, keramahan, dll.
masyarakat. Contoh: Kesederhanaan, keramahan, dll.
Di dalam karya sastra, latar berfungsi sebagai:
1. Atmosfer atau Suasana merupakan latar
yang lebih mudah dibicarakan daripada didefinisikan. Latar ini
semacam aura rasa dan emosi yang ditimbulkan penulis melalui tulisannya, agar membantu terciptanya
ekspektasi pembaca.
semacam aura rasa dan emosi yang ditimbulkan penulis melalui tulisannya, agar membantu terciptanya
ekspektasi pembaca.
2. Latar Tempat sebagai Elemen Dominan,
latar tempat memiliki peran penting dalam karya sastra. Latar
tempat menjadi unsur netral atau spiritual dalam sebuah tempat tertentu. Termasuk dalam fiksi jenis
ini : Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang berbicara tentang Belitong pada zaman Orde Baru.
tempat menjadi unsur netral atau spiritual dalam sebuah tempat tertentu. Termasuk dalam fiksi jenis
ini : Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang berbicara tentang Belitong pada zaman Orde Baru.
3. Latar Waktu sebagai Elemen Dominan, dalam karya
sastra ada yang menggunakan elemen waktu
sebagai unsur yang dominan. Fungsi latar ini terjadi terutama pada karya sastra yang berlatar sejarah.
Tidak hanya waktu yang menjadi unsur utama yang terlibat. Ada unsur - unsur nilai dalam waktu,
misalnya unsur nilai dalam masa kemerdekaan, masa Orde Baru, dsb.
sebagai unsur yang dominan. Fungsi latar ini terjadi terutama pada karya sastra yang berlatar sejarah.
Tidak hanya waktu yang menjadi unsur utama yang terlibat. Ada unsur - unsur nilai dalam waktu,
misalnya unsur nilai dalam masa kemerdekaan, masa Orde Baru, dsb.
4. Metafora, artinya jika latar spiritual
ialah unsur latar yang secara spiritual memberi efek nilai
padakarya sastra, maka fungsi latar ini adalah fungsi eksternal yang tidak secara langsung (eksplisit)
berpengaruh pada cerita. Sebagai metafora, latar menghadirkan suasana yang secara tidak langsung
menggambarkan nasib tokoh.
padakarya sastra, maka fungsi latar ini adalah fungsi eksternal yang tidak secara langsung (eksplisit)
berpengaruh pada cerita. Sebagai metafora, latar menghadirkan suasana yang secara tidak langsung
menggambarkan nasib tokoh.
Contoh:
Pohon-pohon kelapa itu tumbuh di tanah lereng di antara pepohonan lain yang rapat dan rimbun. Kemiringan lereng membuat pemandangan seberang lembah itu seperti lukisan alam gaya klasik Bali yang terpapar di dinding langit. Selain pohon kelapa yang memberi kesan lembut, batang sengon yang lurus dan langsing menjadi garis-garis tegak berwarna putih dan kuat. Ada beberapa pohon aren dengan daun mudanya yang mulai mekar; kuning dan segar. Ada pucuk pohon jengkol yang berwarna coklat kemerahan, ada bunga bungur yang ungu berdekatan dengan pohon dadap dengan kembangnya yang benar-benar merah. Dan batang-batang jambe rowe, sejenis pinang dengan buahnya yang bulat dan lebih besar, memberi kesan purba pada lukisan yang terpajang di sana. Dalam sapuan hujan panorama di seberang lembah itu terlihat agak samar. Namun cuaca pada musim pancaroba sering kali mendadak berubah. Lihatlah, sementara hujan tetap turun dan angin makin kencang bertiup tiba-tiba awan tersibak dan sinar matahari langsung menerpa dari barat. Pohon-pohon kelapa digambarkan dengan indah dalam sebuah ekosistem yang padu. Namun kemudian digambarkan dalam suasana yang mengerikan dengan keadaan yang tidak menentu. Sekilas latar ini hanya latar netral yang tidak melambangkan apa-apa. Kemudian diketahui bahwa tokoh utama Lasi yang hidupnya bahagia dalam kesederhanaan mulai masuk dalam ketidakpastian setelah kecelakaan yang menimpa Darsa.
Pohon-pohon kelapa itu tumbuh di tanah lereng di antara pepohonan lain yang rapat dan rimbun. Kemiringan lereng membuat pemandangan seberang lembah itu seperti lukisan alam gaya klasik Bali yang terpapar di dinding langit. Selain pohon kelapa yang memberi kesan lembut, batang sengon yang lurus dan langsing menjadi garis-garis tegak berwarna putih dan kuat. Ada beberapa pohon aren dengan daun mudanya yang mulai mekar; kuning dan segar. Ada pucuk pohon jengkol yang berwarna coklat kemerahan, ada bunga bungur yang ungu berdekatan dengan pohon dadap dengan kembangnya yang benar-benar merah. Dan batang-batang jambe rowe, sejenis pinang dengan buahnya yang bulat dan lebih besar, memberi kesan purba pada lukisan yang terpajang di sana. Dalam sapuan hujan panorama di seberang lembah itu terlihat agak samar. Namun cuaca pada musim pancaroba sering kali mendadak berubah. Lihatlah, sementara hujan tetap turun dan angin makin kencang bertiup tiba-tiba awan tersibak dan sinar matahari langsung menerpa dari barat. Pohon-pohon kelapa digambarkan dengan indah dalam sebuah ekosistem yang padu. Namun kemudian digambarkan dalam suasana yang mengerikan dengan keadaan yang tidak menentu. Sekilas latar ini hanya latar netral yang tidak melambangkan apa-apa. Kemudian diketahui bahwa tokoh utama Lasi yang hidupnya bahagia dalam kesederhanaan mulai masuk dalam ketidakpastian setelah kecelakaan yang menimpa Darsa.
Unsur Ekstrinsik Latar belakang kehidupan pengarang. Pandangan
hidup pengarang. Situasi sosial, Budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya
sastra tersebut.
Hal yang Terdapat dalam resensi :
1. Judul Resensi
2. Data/Identitas Karya Sastra
3. Isi Resensi
4. Kekurangan
& Kelebihan
5. Penutup
Terdapat perbedaan saat pemuatan data dan identitas karya sastra
yang diresensi, seperti pada resensi buku data yang tercantum ialah seperti
berikut ini : judul buku, penulis & penerjemah (jika buku itu berupa
terjemahan dari bahasa asing), nama penerbit, cetakan, tahun terbit, tebal buku
& jumlah halaman. Pada drama dan film maka data untuk resensinya adalah berupa :
judul drama atau film, penulis, sutradara, genre,pemain, penyunting & penerjemah,
tahun terbit, penerbit.
Contoh resensi :
Resensi Buku Fiksi Indonesia
Identitas Buku
Judul : ATHEIS
Pengarang : Achdiat K. Mihardja
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : cetakan pertama 1949
Tebal halaman : 232 halaman
Ukuran buku : 13,5 x 20 cm
ISBN : BP – 0080
Harga : Rp 45.000,00
• Tema
Cerita tentang kegoncangan jiwa seorang pemuda yang
sebelumnya sangat taat beragama, namun karena
keluguannya, ia terpengaruh pemikiran kaum materialistis atau falsafah kebendaan sehingga ia
kehilangan keyakinan akan ketuhanan dan ia mulai rneninggalkan norma - norma agama.
keluguannya, ia terpengaruh pemikiran kaum materialistis atau falsafah kebendaan sehingga ia
kehilangan keyakinan akan ketuhanan dan ia mulai rneninggalkan norma - norma agama.
• Pembukaan
Atheis adalah buku novel karya Achdiat Karta Mihardja tahun
1949 yang menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang, dimana dari kecil
dididik menjadi anak yang saleh. Tetapi ketika ia menginjak usia
pertengahannya, karena jauh dari orang tuanya, dia mengalami kemerosotan.
Akibatnya dia menjadi seperti orang atheis yang lupa segalagalanya. Semua itu
berawal dari pertemuannya dengan seorang gadis yang kemudian menjadikan hatinya
yang keras dan saleh itu, menjadi berhati lemah dan lupa segala-galanya.
Achdiat Karta Mihardja (lahir di Cibatu, Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911).
Berpendidikan AMS-A Solo dan Fakultas Sastra dan Filsafat UI. beliau pernah
bekerja sebagai guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan
Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dosen Fakultas Sastra UI (1956-1961), dan
sejak 1961 hingga pensiun dosen kesusastraan Indonesia pada Australian National
University, Canberra, Australia. Achdiat juga pernah menjadi redaktur harian
Bintang Timur dan majalah Gelombang Zaman (Garut), Spektra, Pujangga Baru,
Konfrontasi, dan Indonesia. Di samping itu, beliau pernah menjadi Ketua PEN
Club Indonesia, Wakil Ketua Organisasi Pengarang Indonesia, anggota BMKN,
angggota Partai Sosialis Indonesia, dan wakil Indonesia dalam Kongres PEN Club
Internasional di Lausanne, Swiss (1951). Kumpulan cerpennya, Keretakan dan
Ketegangan (1956) mendapat Hadiah Sastra BMKN tahun 1957 dan novelnya, Atheis
(1949) memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah RI tahun 1969 (R.J. Maguire
menerjemahkan novel ini ke bahasa Inggris tahun 1972) dan Sjuman Djaya
mengangkatnya pula ke layar perak tahun 1974) dengan judul yang sama.
• Isi
Hasan adalah seorang pemeluk Islam yang taat beribadah,
begitu juga dengan orang tuanya adalah pemeluk Islam yang fanatic. Oleh orang
tuanya Hasan disekolahkan di MULO. Di sekolah itu dia bertemu dengan seorang
gadis cantik yang bernama Rukmini. Hubungan keduanya semakin akrab hingga
akhirnya mereka saling jatuh cinta. Rupanya kisah cinta mereka tidak bisa
berlangsung lama, oleh orang tuanya, Rukmini disuruh kembali ke Jakarta karena
akan dipinang oleh seorang saudagar kaya. Karena Rukmini adalah anak yang
berbakti pada orang tuanya, sudah sepantasnya membahagiakan keduanya, ia lalu
menuruti nasihat orang tuanya dengan menerima pinangan saudagar kaya tersebut
meski pernikahan itu tidak disertai rasa cinta.
Kejadian itu membuat hati Hasan hancur. Ia menjadi frustasi, untuk menghilangkan bayangan Rukmini dari hidupnya, ia mengikuti aliran tarekat seperti yang telah lama dianut orang tuanya. Walaupun dalam masa sulit, Hasan tdak meninggalkan ajaran agama, bahkan ia semakin taat beribadah, tetapi kehidupanya berubah ketika dia bertemu teman lamanya, yaitu Rusli. Rusli datang bersama seorang wanita cantik bernama Kartini. Ia adalah perempuan modern dan pergaulanya bebas. Ia juga seorang janda. Ternyata sejak perjumpaan itu, Hasan menaruh hati pada Kartini, alasanya Kartini memiliki karakter yang hampir sama dengan Rukmini. Semenjak Hasan mencintai Kartini, dia pun juga bergaul dengan teman-teman Kartini. Karena memiliki dasar agama yang kuat. Hasan mencoba untuk menyadarkan Kartini dan Rusli dengan memberikan ceramah-ceramahnya, tetapi karena Rusli juga pandai bicara.
Kemudian dialah yang berbalik menasihati Rusli. Tanpa disadari, pemikiran-pemikiran Rusli ternyata melekat di kepala Hasan. Mulanya, Hasan tidak terpengaruh. Namun keyakinanya mulai goyah ketika dia dikenalkan dengan seorang yang tidak percaya Tuhan, yaitu Anwar. Pengetahuan Anwar tentang ketuhanan begitu luas. Sejak saat itulah pemahaman Hasan tentang agama mulai berubah. Ia mulai meragukan keberadaan Tuhan. Hasan semakin tersesat dari agama, pergaulanya semakin bebas. Ia kemudian menikahi Kartini, tetapi pernikahan itu tidak diakui secara Islam karena tidak sesuai dengan syariatnya. Pernikahan mereka didasarkan atas rasa suka sama suka. Pernikahan mereka ternyata tidak bahagia, kehidupan rumah tangga mereka berantakan. Pergaulan Kartini semakin bebas. Lama-kelamaan Hasan cemburu karena hubungan Kartini dengan Anwar semakin dekat. Hasan menganggap Kartini telah selingkuh, tetapi kejadian itu telah menyadarkan kembali Hasan tentang agama. Ia menyesal dan merasa berdosa atas apa yang telah diperbuat. Pergaulan bebasnya dengan teman-teman yang tidak percaya Tuhan membuatnya tersesat dan ragu dengan keberadaan Tuhan.
Hasan memutuskan bercerai dengan Kartini dan ia pun pulang ke kampung halamana. Ia ingin meminta maaf pada ayahnya. Sesampainya di kampung, ia menjumpai ayahnya sedang sakit keras. Ternyata ayahnya tidak mau memaafkan Hasan, bahkan sampai maut menjemputnya, ayah Hasan tetap berada pada pendirianya. Hasan merasa bahwa semua itu terjadi karena perbuatan Anwar. Ia dendam pada Anwar dan berniat ingin membunuhnya. Suatu malam, ia berencana ingin membunuh Anwar, kemudian ia mencari Anwar. Karena pada waktu itu situasi sedang tidak aman, maka diberlakukan jam malam. Namun, naas menimpa Hasan, belum sempat ia membunuh Anwar, ia malah tertembak peluru di punggungnya, tetapi sebelum meninggal, ia masih sempat mengingat Allah dengan berkalikali menyebut asma-Nya.
Kejadian itu membuat hati Hasan hancur. Ia menjadi frustasi, untuk menghilangkan bayangan Rukmini dari hidupnya, ia mengikuti aliran tarekat seperti yang telah lama dianut orang tuanya. Walaupun dalam masa sulit, Hasan tdak meninggalkan ajaran agama, bahkan ia semakin taat beribadah, tetapi kehidupanya berubah ketika dia bertemu teman lamanya, yaitu Rusli. Rusli datang bersama seorang wanita cantik bernama Kartini. Ia adalah perempuan modern dan pergaulanya bebas. Ia juga seorang janda. Ternyata sejak perjumpaan itu, Hasan menaruh hati pada Kartini, alasanya Kartini memiliki karakter yang hampir sama dengan Rukmini. Semenjak Hasan mencintai Kartini, dia pun juga bergaul dengan teman-teman Kartini. Karena memiliki dasar agama yang kuat. Hasan mencoba untuk menyadarkan Kartini dan Rusli dengan memberikan ceramah-ceramahnya, tetapi karena Rusli juga pandai bicara.
Kemudian dialah yang berbalik menasihati Rusli. Tanpa disadari, pemikiran-pemikiran Rusli ternyata melekat di kepala Hasan. Mulanya, Hasan tidak terpengaruh. Namun keyakinanya mulai goyah ketika dia dikenalkan dengan seorang yang tidak percaya Tuhan, yaitu Anwar. Pengetahuan Anwar tentang ketuhanan begitu luas. Sejak saat itulah pemahaman Hasan tentang agama mulai berubah. Ia mulai meragukan keberadaan Tuhan. Hasan semakin tersesat dari agama, pergaulanya semakin bebas. Ia kemudian menikahi Kartini, tetapi pernikahan itu tidak diakui secara Islam karena tidak sesuai dengan syariatnya. Pernikahan mereka didasarkan atas rasa suka sama suka. Pernikahan mereka ternyata tidak bahagia, kehidupan rumah tangga mereka berantakan. Pergaulan Kartini semakin bebas. Lama-kelamaan Hasan cemburu karena hubungan Kartini dengan Anwar semakin dekat. Hasan menganggap Kartini telah selingkuh, tetapi kejadian itu telah menyadarkan kembali Hasan tentang agama. Ia menyesal dan merasa berdosa atas apa yang telah diperbuat. Pergaulan bebasnya dengan teman-teman yang tidak percaya Tuhan membuatnya tersesat dan ragu dengan keberadaan Tuhan.
Hasan memutuskan bercerai dengan Kartini dan ia pun pulang ke kampung halamana. Ia ingin meminta maaf pada ayahnya. Sesampainya di kampung, ia menjumpai ayahnya sedang sakit keras. Ternyata ayahnya tidak mau memaafkan Hasan, bahkan sampai maut menjemputnya, ayah Hasan tetap berada pada pendirianya. Hasan merasa bahwa semua itu terjadi karena perbuatan Anwar. Ia dendam pada Anwar dan berniat ingin membunuhnya. Suatu malam, ia berencana ingin membunuh Anwar, kemudian ia mencari Anwar. Karena pada waktu itu situasi sedang tidak aman, maka diberlakukan jam malam. Namun, naas menimpa Hasan, belum sempat ia membunuh Anwar, ia malah tertembak peluru di punggungnya, tetapi sebelum meninggal, ia masih sempat mengingat Allah dengan berkalikali menyebut asma-Nya.
• Tokoh & Penokohan
1. Hasan, seorang pemuda desa, yang awalnya
sangat taat beragama. Namun, karena pengaruh pergaulan
dengan orang - orang aliran materialisme, atau aliran kebendaan, dia mengalami goncangan jiwa.
Keyakinannya terhadap Tuhan menjadi lemah.
dengan orang - orang aliran materialisme, atau aliran kebendaan, dia mengalami goncangan jiwa.
Keyakinannya terhadap Tuhan menjadi lemah.
2. Rusli, salah seorang teman akrab Hasan.
Dia beraliran materialisme sejati. Dialah yang sangat berperan
dalam mempengaruhi pikiran - pikiran Hasan dalam hal filsafah kebendaan dan mempertanyakan
keberadaan Tuhan.
dalam mempengaruhi pikiran - pikiran Hasan dalam hal filsafah kebendaan dan mempertanyakan
keberadaan Tuhan.
3. Orang tua Hasan , orang tua yang taat
beragama. Mereka adalah pengikut suatu aliran tarekat tertentu.
4. Rukmini , seorang gadis baik - baik yang sangat dicintai Hasan. Dia kemudian menikah dengan seorang
saudagar dari Jakarta.
saudagar dari Jakarta.
5. Kartini , seorang perempuan khas kota
besar yang modern, bergaul bebas. Dia kemudian menjadi
kekasih Hasan.
kekasih Hasan.
6. Anwar , seorang penganut aliran
materialisme sejati. Dia sangat anarkis atau tidak percaya dengan
keberadaan Tuhan. Dialah yang berhasil mempengaruhi pikiran Hasan.
keberadaan Tuhan. Dialah yang berhasil mempengaruhi pikiran Hasan.
• Setting/Latar
Latar di pedesaan sangat mendukung karakter tokoh utamanya karena pada umumnya lingkungan di daerah pedesaan sangat penuh dengan nilai-nilai ajaran agama dan adatistiadatnya masih kental dengan nilai-nilai agama serta kepolosan orang desa yang mudah terpengaruh dan dibujuk terhadap sesuatu hal yang baru dicerminkan dengan sangat bagus oleh penulis pada tokoh Hasan.
• Nilai-nilai Dalam Novel Atheis
1. Nilai moral yang dapat kita ambil dari novel ini
seperti yang diperlihatkan dalam tokoh Hasan. Dia adalah seorang anak yang
sejak kecil telah belajar agama dan bersasal dari orang tua yang taat beribadah
pula, tetapi setelah Rukmini meninggalkanya dia menjadi orang yang mengasingkan
diri hingga pada akhirnya dia menemukan seseorang yang mempunyai karakter sama
dengan Rukmini, yaitu Kartini. Mereka lalu menikah, tetapi dalam kehidupan
rumah tangganya tidak pernah bahagia karena Kartini adalah orang yang bebas dan
mempunyai pergaulan bebas. Sementara Hasan sudah terlanjur mengingkari ajaran
agama dan tidak mengakui keberadaan Tuhan, tetapi dalam kejadian itu dia mulai
sadar bahwa apa yang dilakukanya selama ini salah sehingga dia memutuskan untuk
bercerai dengan Kartini dan pulang ke kampungnya untuk bertobat dan meminta
maaf kepada ayahnya Kejadian tersebut mengajarkan pada kita bahwa kita harus
pandai bergaul dengan orang lain dan jangan sampai kita salah pergaulan hingga
pada akhirnya kita malah tersesat bahkan sampai mengingkari ajaran agama serta
kita harus senantiasa berpegang teguh pada agama dan selalu meyakini dengan
keberadaan Tuhan Semesta Alam. Nilai moral yang kedua adalah hendaknya kita mau
memafkan kesalahan orang lain yang sudah bertobat. Jangan seperti tokoh ayah
Hasan yang tidak mau memafkan kesalahan anaknya bahkan sampai ajal menjemputnya
Manusia adalah tempat salah dan lupa. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan,
tetapi suatu saat juga akan kembali ke jalan yang benar. Jika Tuhan saja maha
pengampun, pengasih, dan penyayang, mengapa manusia tidak bisa, apalagi demi memaafkan
anaknya sendiri.
2. Novel ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia, karena kedudukanya dalam sastra Indonesia sangat penting, maka studi tentang penelitian novel ini masih sering dilakukan oleh para sarjana maupun peneliti, baik dalam bentuk buku, skripsi, artikel, dan bentuk karya yang lain.
2. Novel ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia, karena kedudukanya dalam sastra Indonesia sangat penting, maka studi tentang penelitian novel ini masih sering dilakukan oleh para sarjana maupun peneliti, baik dalam bentuk buku, skripsi, artikel, dan bentuk karya yang lain.
• Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan :
1. Bahasa yang digunakan dalam novel ini
mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
2. Novel ini menggunakan tiga sudut
pandang sekaligus yang jarang dilakukan oleh penulis lainnya.
3. Keseluruhan unsur tersebut sangat
mendukung tema dan alur penceritaan tentang kepercayaan dan
kesadaran diri tentang agama
kesadaran diri tentang agama
Kekurangan :
1. Terlalu mahal untuk Novel seukuran
seperti itu.
2. Bukunya sudah tidak terbit lagi, dan
sekarang bukunya pun sangatlah tua jika itu ada.
• Penutup
Novel Atheis Karya Achdiat Karta Mihardja, bila dilihat dari
segi manfaatnya isi novel memang sangatlah bagus. Cerita - cerita yang religius
dan mendidik akan menambah kekhasan dari buku ini. Namun Novel ini mungkin
sudah tidak ada keberadaannya, sulit mencari karena sudah sangat lama.