Selamat Datang di Blog Man of Steel Created By Whaehyu Vizard dan AngGa SEe Asb

Sabtu, 31 Mei 2014

RESENSI

Pengertian Resensi

Dalam bahasa Latin resensi atau recensie artinya "melihat kembali, menimbang atau menilai". Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resensi memiliki arti pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Tindakan meresensi memiliki arti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas atau mengkritik buku. Jadi, resensi ialah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai buku, baik non fiksi maupun fiksi/suatu karya sastra (cerpen, novel, drama/film, puisi).

Tujuan Resensi :
1.  Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan
      terungkap dalam suatu karya.
2.  Memberikan  gambaran  kepada   masyarakat   apakah  karya  yang  diresensi  itu merupakan suatu karya
     yang bermutu atau tidak.
3.  Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah buku itu layak untuk dibaca.
     Unsur - Unsur Resensi :Didalam sebuah resensi karya sastra terdapat dua macam unsur, yaitu:
1.  Unsur Intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang berasal dari dalam.
2.  Unsur  Ekstrinsik  yaitu  unsur  yang  membangun  cerita  karya  sastra yang berasal dari luar (kebalikan
     dari unsur intrinsik).
Unsur Intrinsik 
•   Tokoh
    Tokoh ialah  Individu  yang  mengalami  berbagai  peristiwa didalam cerita. Jika dilihat dari peran  tokoh
    dalam  pengembangan   plot   dapat   dibedakan  menjadi  tokoh  utama  dan  tokoh pembantu, sedangkan
    jika  dilihat  dari  fungsi  penampilan  tokoh  dapat  pula  dibedakan kedalam tokoh protagonis dan tokoh
    antagonis.
1.  Tokoh   Protagonis  ialah   tokoh  yang  memiliki  watak  tertentu   dalam   segi   kebenaran ( baik   hati,
      jujur, setia, dll)
2.  Tokoh  Antagonis  ialah  tokoh  yang  memiliki  watak  bertentangan  dengan  tokoh  protagonis.
3.  Tokoh  Tritagonis  ialah  tokoh  yang  selalu  menjadi penengah, dan sering dimunculkan sebagai Tokoh
      atau orang ketiga.
4.  Tokoh   Pembantu   atau   peran   pembantu  atau   figuran   ialah   tokoh   yang   membantu  cerita tokoh
     utama,  posisinya  bisa  sebagai  seorang  pahlawan  ataupun  sebagai  penentang  tokoh  utama.

•   Penokohan/Perwatakan
    Yang  dimaksud  dengan  penokohan  ialah  penggambaran  tentang  watak tokoh dalam suatu cerita karya
    sastra. Ada 3  cara  yang  dapata  dilakukan untuk menggambarkan watak tokoh dalam cerita karya sastra,
    yaitu:
1.  Campuran  ialah  penggambaran  watak  tokoh  melalui penggabungan cara analitik dan dramatik dengan
      tujuan  untuk  saling  melengkapi.
2.  Analitik cara ini dilakukan pengarang  untuk menggambarkan watak tokoh secara langsung.
     Contoh   :   Siapa  yang   tidak   mengenal  Didi  yang  pintar  dan  selalu  ceria.  Meskipun  secara  fisik
     terlihat pendek namun  sosoknya  yang ramah dan baik hati kepada  teman – temannya membuat dirinya
      menjadi  panutan.
3.  Dramatik  ialah  cara pengarang  untuk  menggambarkan  tokoh  utama  secara tersurat, dengan kata lain
     tidak   langsung.  Penokohan  cara   ini   bisa  melalui   penggambaran  tempat  tinggal, percakapan  atau
     dialog antar tokoh, fisik, tingkah laku, komentar  tokoh  lain terhadap  tokoh  tertentu  dan jalan pikiran
     tokoh.    Dibawah    ini    contoh    paragraf   yang    menggambarkan    tokoh    dengan   cara  dramatik : 
  - Penggambaran Tokoh Melalui Jalan Pikiran Tokoh.
     Contoh   :   Tatkala  aku   masuk   sekolah   MULO,   demikian   fasih   lidahku   dalam  Bahasa  Belanda
     sehingga orang yang  hanya  mendengarkanku berbicara dan tidak melihat aku, mengira bahwa  aku anak
     Belanda. Aku pun bertambah lama  bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari - hari
     ini makin ditebalkan pula oleh  tingkah laku orang tuaku yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri
     dengan langgam lenggok orang Beland.
  - Penggambaran Tokoh Melalui Tingkah Laku/Perilaku Tokoh.
     Contoh : Di siang yang terik itu dia berjalan sendiri. Dengan gontai ia gendong tas itu. Sesekali terlihat
     bahwa  ia  menegur  dan  bahkan  bertanya  kepada  orang  yang  dilaluinya. Setiap selesai ia bertanya, ia
     selalu menganggukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih. 
  - Penggambaran Tokoh Melalui Dialog Antar Tokoh.
    Contoh :
    “ Kupukul   kau   kalau  tidak  mau  mengaku.  Dengan  cara  apa  lagi  aku  mendapatkan  pengakuanmu. ”

•    Tema
     Tema  ialah  suatu  unsur  dalam karya sastra yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang
     melalui karyanya (jalan cerita).

•    Plot / Alur
     Plot atau alur ialah jalan cerita atau  rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa ini
     disusun   berdasarkan  hukum   kausalitas  ( hubungan  yang  menunjukkan  sebab - akibat).  Berdasarkan
     hubungan tersebut setiap cerita memiliki plot/alur cerita sebagai berikut :
1.  Tahapan  perkenalan  ialah  tahap  dimana  permulaan  suatu cerita dimulai dengan suatu kejadian, tetapi
     belum  ada  ketegangan. Di  tahap  ini berisi  pengenalan tokoh, reaksi antar pelaku, penggambaran fisik
     dan penggambaran tempat).
2.  Menuju   ketahap   pertikaian  ialah  tahap   dimana  terjadinya  pertentangan  antar  pelaku  ( awal  mula
     pertentangan selanjutnya).
     Konflik dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
     a). Konflik Internal ialah konflik yang terjadi   dalam  diri  sang  tokoh.  
     b). Konflik Eksternal ialah konflik yang terjadi dari luar diri tokoh (konflik tokoh dengan tokoh, tokoh
           dengan lingkungan, tokoh dengan tuhan, dll).
3.  Komplikasi atau tahap  penanjakan konflik, ketegangan dirasakan mulai semakin berkembang dan rumit
     terjadi pada tahap ini (nasib pelaku semakin sulit diduga).
4.  Klimaks merupakan  ketegangan yang  semakin  memuncak ( perubahan nasib pelaku sudah mulai dapat
     diduga, kadang pula tidak terbukti pada akhir cerita).
5.  Penyelesaian,  tahap akhir cerita pada bagian ini terdapat penjelasan mengenai nasib-nasib yang dialami
     para   tokoh   dalam   cerita   setelah   mengalami   konflik   dalam   cerita.  Beberapa   cerita  terkadang
     menyerahkan  penyelasaian kepada pembaca, sehingga akhir cerita seperti ini tak ada penyelesaian atau
     menggantung.

Plot  dapat  dibedakan  menjadi  dua  macam jika dilihat dari segi keeratan hubungan antar peristiwa, yaitu:
1.  Plot  Erat  yaitu  sebuah  cerita  yang  memilik i plot  erat jika hubungan antar peristiwa terjalin dengan
     rapat, sehingga tak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan.
2.  Plot  Longgar yaitu jika hubungan antar peristiwa terjalin kurang erat dan jika ada salah satu jalan cerita
     yang   dihilangkan   maka   penghilangan   jalan   cerita   tersebut  tidak  akan  mengganggu  jalan  cerita.
     Berdasarkan jalan cerita plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.  Plot Ledakan yaitu plot yang akhir ceritanya mengejutkan dan tak terduga-duga.
2.  Plot Lembut yaitu plot yang akhir ceritanya berakhir tanpa adanya kejutan.
3.  Plot  Campuran  yaitu  plo t yang  a khir  cerita  menggabungkan  kedua  plot  sebelumnya  ( ledakan  &
     lembut).
Berdasarkan rangkaian peristiwanya plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.  Plot Maju, yaitu rangkaian peristiwa yang diceritakan mulai dari awal hingga akhir cerita.
2.  Plot  Mundur  atau  sorot balik atau flash  back, yaitu peristiwa - perisiwa yang menjadi bagian penutup
     diutarakan terlebih dahulu, baru menceritakan peristiwa - peristiwa pokok sebagai kenangan/masa lalau
     sang tokoh.
3.  Plot  Campuran,   yaitu   peristiwa  -  peristiwa   pokok   diceritakan   diawal   lalu   dilanjutkan   dengan
     menceritakan peristiwa - peristiwa  lama  atau  masa  lalu  tokoh  sebagai sebuah kenangan, dan diakhiri
     dengan  peristiwa - peristiwa pokok (masa kini).

Plot yang dilihat dari segi sifatnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.  Plot  Terbuka,  yaitu  akhir  cerita  yang dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.
2.  Plot  Tertutup, yaitu  akhir  cerita  yang  tidak  dapat  merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan
     cerita.
3.  Plot Campuran, yaitu penggabungan antara plot terbuka dan plot tertutup.

•    Gaya Bahasa
      Gaya bahasa ialah cara pengarang dalam mengungkapkan ide/gagasan melalui cerita.

•    Sudut Pandang/Point Of View
     Sudut  pandang  ialah  posisi  pengarang  dalam  sebuah  cerita  atau  karya  sastra.  Posisi pengarang ini
     terbagi   menjadi 2, yaitu:
1.  Pengarang berperan langsung sebagai tokoh utama.
2.  Pengarang hanya sebagai orang ketiga yang posisinya sebagai pengamat.

•    Amanat
     Amanat  ialah  pesan  atau  kesan  yang  ingin  disampaikan  oleh  pengarang  melalui jalan cerita. Pesan
     dalam karya sastra bisa berupa, kritik, saran, harapan, usul, dll.
•   Latar/Setting
     Latar  ialah  tempat  dimana  terjadinya  kejadian  atau  peristiwa dan waktu terjadinya sebuah peristiwa,
     latar  juga  menjelaskan  segala  keterangan  waktu,  ruang, dan  suasana terjadinya peristiwa dakam plot
     cerita.
     Latar terbagi lagi menjadi beberapa unsur seperti dibawah ini:
1.  Latar Tempat ialah latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa dalam novel.
2.  Contoh: Kota, Pedesaan, dll.
3.  Latar  Waktu  ialah  latar  yang  berhubungan  dengan masalah kapan terjadinya peristiwa. Contoh: masa
     kini, masa lalu, dll.
4.  Latar Sosial  ialah latar yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
     masyarakat. Contoh: Kesederhanaan, keramahan, dll.

Di dalam karya sastra, latar berfungsi sebagai:
1.  Atmosfer  atau Suasana  merupakan latar yang lebih mudah dibicarakan daripada didefinisikan. Latar ini
     semacam aura  rasa dan emosi yang ditimbulkan penulis melalui tulisannya, agar membantu terciptanya
     ekspektasi pembaca.
2.  Latar  Tempat  sebagai Elemen Dominan, latar tempat memiliki peran penting dalam karya sastra. Latar
     tempat  menjadi  unsur  netral  atau  spiritual dalam sebuah tempat tertentu. Termasuk dalam fiksi jenis
     ini : Laskar  Pelangi  karya  Andrea  Hirata  yang  berbicara  tentang  Belitong  pada  zaman  Orde Baru.
3.  Latar  Waktu  sebagai  Elemen  Dominan,  dalam  karya  sastra  ada  yang  menggunakan  elemen  waktu
     sebagai  unsur  yang  dominan.  Fungsi  latar ini terjadi terutama pada karya sastra yang berlatar sejarah.
     Tidak   hanya   waktu   yang  menjadi  unsur  utama  yang  terlibat. Ada unsur - unsur  nilai  dalam waktu,
     misalnya  unsur  nilai  dalam  masa  kemerdekaan,  masa  Orde  Baru, dsb.
4.  Metafora,  artinya   jika   latar  spiritual  ialah  unsur  latar  yang  secara  spiritual  memberi  efek   nilai
     padakarya  sastra,  maka fungsi  latar  ini  adalah  fungsi eksternal yang tidak secara langsung (eksplisit)
     berpengaruh  pada  cerita. Sebagai  metafora,  latar  menghadirkan  suasana  yang  secara tidak langsung
     menggambarkan  nasib  tokoh.
     Contoh:
    Pohon-pohon kelapa itu tumbuh di tanah lereng di antara pepohonan lain yang rapat dan    rimbun. Kemiringan lereng membuat pemandangan seberang lembah itu seperti lukisan alam gaya klasik Bali yang terpapar di dinding langit. Selain pohon kelapa yang memberi kesan lembut, batang sengon yang lurus dan langsing menjadi garis-garis tegak berwarna putih dan kuat. Ada beberapa pohon aren dengan daun mudanya yang mulai mekar; kuning dan segar. Ada pucuk pohon jengkol yang berwarna coklat kemerahan, ada bunga bungur yang ungu berdekatan dengan pohon dadap dengan kembangnya yang benar-benar merah. Dan batang-batang jambe rowe, sejenis pinang dengan buahnya yang bulat dan lebih besar, memberi kesan purba pada lukisan yang terpajang di sana. Dalam sapuan hujan panorama di seberang lembah itu terlihat agak samar. Namun cuaca pada musim pancaroba sering kali mendadak berubah. Lihatlah, sementara hujan tetap turun dan angin makin kencang bertiup tiba-tiba awan tersibak dan sinar matahari langsung menerpa dari barat. Pohon-pohon kelapa digambarkan dengan indah dalam sebuah ekosistem yang padu. Namun kemudian digambarkan dalam suasana yang mengerikan dengan keadaan yang tidak menentu. Sekilas latar ini hanya latar netral yang tidak melambangkan apa-apa. Kemudian diketahui bahwa tokoh utama Lasi yang hidupnya bahagia dalam kesederhanaan mulai masuk dalam ketidakpastian setelah kecelakaan yang menimpa Darsa.
Unsur Ekstrinsik Latar belakang  kehidupan pengarang. Pandangan hidup pengarang. Situasi sosial, Budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra tersebut.
Hal yang Terdapat dalam resensi :
1.    Judul Resensi
2.    Data/Identitas Karya Sastra
3.    Isi Resensi
4.    Kekurangan & Kelebihan
5.    Penutup
      Terdapat perbedaan saat pemuatan data dan identitas karya sastra yang diresensi, seperti pada resensi buku data yang tercantum ialah seperti berikut ini : judul buku, penulis & penerjemah (jika buku itu berupa terjemahan dari bahasa asing), nama penerbit, cetakan, tahun terbit, tebal buku & jumlah halaman. Pada drama dan film maka data untuk resensinya adalah berupa : judul drama atau film, penulis, sutradara, genre,pemain, penyunting & penerjemah, tahun terbit, penerbit.
Contoh resensi :
Resensi Buku Fiksi Indonesia
Identitas Buku
Judul                    : ATHEIS
Pengarang          : Achdiat K. Mihardja
Penerbit              : Balai Pustaka
Tahun terbit        : cetakan pertama 1949
Tebal halaman   : 232 halaman
Ukuran buku       : 13,5 x 20 cm
ISBN                    : BP – 0080
Harga                   : Rp 45.000,00
•    Tema
     Cerita tentang kegoncangan jiwa seorang pemuda yang sebelumnya sangat taat beragama, namun karena
     keluguannya,   ia   terpengaruh   pemikiran   kaum  materialistis  atau  falsafah  kebendaan  sehingga   ia
     kehilangan  keyakinan  akan  ketuhanan  dan  ia  mulai  rneninggalkan  norma - norma  agama.

•    Pembukaan
   Atheis adalah buku novel karya Achdiat Karta Mihardja tahun 1949 yang menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang, dimana dari kecil dididik menjadi anak yang saleh. Tetapi ketika ia menginjak usia pertengahannya, karena jauh dari orang tuanya, dia mengalami kemerosotan. Akibatnya dia menjadi seperti orang atheis yang lupa segalagalanya. Semua itu berawal dari pertemuannya dengan seorang gadis yang kemudian menjadikan hatinya yang keras dan saleh itu, menjadi berhati lemah dan lupa segala-galanya. Achdiat Karta Mihardja (lahir di Cibatu, Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911). Berpendidikan AMS-A Solo dan Fakultas Sastra dan Filsafat UI. beliau pernah bekerja sebagai guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dosen Fakultas Sastra UI (1956-1961), dan sejak 1961 hingga pensiun dosen kesusastraan Indonesia pada Australian National University, Canberra, Australia. Achdiat juga pernah menjadi redaktur harian Bintang Timur dan majalah Gelombang Zaman (Garut), Spektra, Pujangga Baru, Konfrontasi, dan Indonesia. Di samping itu, beliau pernah menjadi Ketua PEN Club Indonesia, Wakil Ketua Organisasi Pengarang Indonesia, anggota BMKN, angggota Partai Sosialis Indonesia, dan wakil Indonesia dalam Kongres PEN Club Internasional di Lausanne, Swiss (1951). Kumpulan cerpennya, Keretakan dan Ketegangan (1956) mendapat Hadiah Sastra BMKN tahun 1957 dan novelnya, Atheis (1949) memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah RI tahun 1969 (R.J. Maguire menerjemahkan novel ini ke bahasa Inggris tahun 1972) dan Sjuman Djaya mengangkatnya pula ke layar perak tahun 1974) dengan judul yang sama.
•    Isi
   Hasan adalah seorang pemeluk Islam yang taat beribadah, begitu juga dengan orang tuanya adalah pemeluk Islam yang fanatic. Oleh orang tuanya Hasan disekolahkan di MULO. Di sekolah itu dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang bernama Rukmini. Hubungan keduanya semakin akrab hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. Rupanya kisah cinta mereka tidak bisa berlangsung lama, oleh orang tuanya, Rukmini disuruh kembali ke Jakarta karena akan dipinang oleh seorang saudagar kaya. Karena Rukmini adalah anak yang berbakti pada orang tuanya, sudah sepantasnya membahagiakan keduanya, ia lalu menuruti nasihat orang tuanya dengan menerima pinangan saudagar kaya tersebut meski pernikahan itu tidak disertai rasa cinta.
Kejadian itu membuat hati Hasan hancur. Ia menjadi frustasi, untuk menghilangkan bayangan Rukmini dari hidupnya, ia mengikuti aliran tarekat seperti yang telah lama dianut orang tuanya. Walaupun dalam masa sulit, Hasan tdak meninggalkan ajaran agama, bahkan ia semakin taat beribadah, tetapi kehidupanya berubah ketika dia bertemu teman lamanya, yaitu Rusli. Rusli datang bersama seorang wanita cantik bernama Kartini. Ia adalah perempuan modern dan pergaulanya bebas. Ia juga seorang janda. Ternyata sejak perjumpaan itu, Hasan menaruh hati pada Kartini, alasanya Kartini memiliki karakter yang hampir sama dengan Rukmini. Semenjak Hasan mencintai Kartini, dia pun juga bergaul dengan teman-teman Kartini. Karena memiliki dasar agama yang kuat. Hasan mencoba untuk menyadarkan Kartini dan Rusli dengan memberikan ceramah-ceramahnya, tetapi karena Rusli juga pandai bicara.
Kemudian dialah yang berbalik menasihati Rusli. Tanpa disadari, pemikiran-pemikiran Rusli ternyata melekat di kepala Hasan. Mulanya, Hasan tidak terpengaruh. Namun keyakinanya mulai goyah ketika dia dikenalkan dengan seorang yang tidak percaya Tuhan, yaitu Anwar. Pengetahuan Anwar tentang ketuhanan begitu luas. Sejak saat itulah pemahaman Hasan tentang agama mulai berubah. Ia mulai meragukan keberadaan Tuhan. Hasan semakin tersesat dari agama, pergaulanya semakin bebas. Ia kemudian menikahi Kartini, tetapi pernikahan itu tidak diakui secara Islam karena tidak sesuai dengan syariatnya. Pernikahan mereka didasarkan atas rasa suka sama suka. Pernikahan mereka ternyata tidak bahagia, kehidupan rumah tangga mereka berantakan. Pergaulan Kartini semakin bebas. Lama-kelamaan Hasan cemburu karena hubungan Kartini dengan Anwar semakin dekat. Hasan menganggap Kartini telah selingkuh, tetapi kejadian itu telah menyadarkan kembali Hasan tentang agama. Ia menyesal dan merasa berdosa atas apa yang telah diperbuat. Pergaulan bebasnya dengan teman-teman yang tidak percaya Tuhan membuatnya tersesat dan ragu dengan keberadaan Tuhan.
Hasan memutuskan bercerai dengan Kartini dan ia pun pulang ke kampung halamana. Ia ingin meminta maaf pada ayahnya. Sesampainya di kampung, ia menjumpai ayahnya sedang sakit keras. Ternyata ayahnya tidak mau memaafkan Hasan, bahkan sampai maut menjemputnya, ayah Hasan tetap berada pada pendirianya. Hasan merasa bahwa semua itu terjadi karena perbuatan Anwar. Ia dendam pada Anwar dan berniat ingin membunuhnya. Suatu malam, ia berencana ingin membunuh Anwar, kemudian ia mencari Anwar. Karena pada waktu itu situasi sedang tidak aman, maka diberlakukan jam malam. Namun, naas menimpa Hasan, belum sempat ia membunuh Anwar, ia malah tertembak peluru di punggungnya, tetapi sebelum meninggal, ia masih sempat mengingat Allah dengan berkalikali menyebut asma-Nya.
•    Tokoh & Penokohan
1.  Hasan,  seorang  pemuda  desa, yang  awalnya sangat taat beragama. Namun, karena pengaruh pergaulan
     dengan   orang - orang   aliran   materialisme, atau  aliran  kebendaan,  dia  mengalami  goncangan  jiwa.
     Keyakinannya  terhadap  Tuhan  menjadi  lemah.
2.  Rusli, salah seorang teman akrab Hasan. Dia beraliran materialisme sejati. Dialah yang sangat berperan
     dalam   mempengaruhi   pikiran - pikiran  Hasan   dalam  hal  filsafah  kebendaan  dan  mempertanyakan
     keberadaan Tuhan.
3.  Orang  tua  Hasan ,  orang  tua yang taat beragama. Mereka adalah pengikut suatu aliran tarekat tertentu.
4.  Rukmini , seorang  gadis baik - baik yang sangat dicintai Hasan. Dia kemudian menikah dengan seorang
     saudagar dari Jakarta.
5.  Kartini , seorang  perempuan  khas  kota  besar  yang  modern,  bergaul  bebas.  Dia  kemudian menjadi
     kekasih Hasan.
6.  Anwar ,  seorang  penganut  aliran  materialisme sejati. Dia  sangat  anarkis  atau  tidak  percaya dengan
     keberadaan  Tuhan.  Dialah  yang  berhasil  mempengaruhi  pikiran  Hasan.

•    Setting/Latar
    Latar di pedesaan sangat mendukung karakter tokoh utamanya karena pada umumnya lingkungan di daerah pedesaan sangat penuh dengan nilai-nilai ajaran agama dan adatistiadatnya masih kental dengan nilai-nilai agama serta kepolosan orang desa yang mudah terpengaruh dan dibujuk terhadap sesuatu hal yang baru dicerminkan dengan sangat bagus oleh penulis pada tokoh Hasan.

•     Nilai-nilai Dalam Novel Atheis
1.  Nilai moral yang dapat kita ambil dari novel ini seperti yang diperlihatkan dalam tokoh Hasan. Dia adalah seorang anak yang sejak kecil telah belajar agama dan bersasal dari orang tua yang taat beribadah pula, tetapi setelah Rukmini meninggalkanya dia menjadi orang yang mengasingkan diri hingga pada akhirnya dia menemukan seseorang yang  mempunyai karakter sama dengan Rukmini, yaitu  Kartini. Mereka lalu menikah, tetapi dalam kehidupan rumah tangganya tidak pernah bahagia karena Kartini adalah orang yang bebas dan mempunyai pergaulan bebas. Sementara Hasan sudah terlanjur mengingkari ajaran agama dan tidak mengakui keberadaan Tuhan, tetapi dalam kejadian itu dia mulai sadar bahwa apa yang dilakukanya selama ini salah sehingga dia memutuskan untuk bercerai dengan Kartini dan pulang ke kampungnya untuk bertobat dan meminta maaf kepada ayahnya Kejadian tersebut mengajarkan pada kita bahwa kita harus pandai bergaul dengan orang lain dan jangan sampai kita salah pergaulan hingga pada akhirnya kita malah tersesat bahkan sampai mengingkari ajaran agama serta kita harus senantiasa berpegang teguh pada agama dan selalu meyakini dengan keberadaan Tuhan Semesta Alam. Nilai moral yang kedua adalah hendaknya kita mau memafkan kesalahan orang lain yang sudah bertobat. Jangan seperti tokoh ayah Hasan yang tidak mau memafkan kesalahan anaknya bahkan sampai ajal menjemputnya Manusia adalah tempat salah dan lupa. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan, tetapi suatu saat juga akan kembali ke jalan yang benar. Jika Tuhan saja maha pengampun, pengasih, dan penyayang, mengapa manusia tidak bisa, apalagi demi memaafkan anaknya sendiri.
2. Novel ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia, karena kedudukanya dalam sastra Indonesia sangat penting, maka studi tentang penelitian novel ini masih sering dilakukan oleh para sarjana maupun peneliti, baik dalam bentuk buku, skripsi, artikel, dan bentuk karya yang lain.
•    Kelebihan & Kekurangan
      Kelebihan :
1.  Bahasa  yang  digunakan  dalam  novel  ini  mudah  dipahami  dan  dimengerti  oleh  pembaca.
2.  Novel  ini  menggunakan   tiga  sudut  pandang  sekaligus  yang  jarang  dilakukan  oleh  penulis lainnya.
3.  Keseluruhan  unsur  tersebut  sangat  mendukung  tema  dan  alur  penceritaan  tentang kepercayaan dan
     kesadaran diri tentang agama

      Kekurangan :
1.  Terlalu  mahal  untuk  Novel  seukuran  seperti  itu.
2.  Bukunya  sudah  tidak  terbit  lagi,  dan  sekarang  bukunya  pun  sangatlah  tua  jika  itu  ada.

•    Penutup
   Novel Atheis Karya Achdiat Karta Mihardja, bila dilihat dari segi manfaatnya isi novel memang sangatlah bagus. Cerita - cerita yang religius dan mendidik akan menambah kekhasan dari buku ini. Namun Novel ini mungkin sudah tidak ada keberadaannya, sulit mencari karena sudah sangat lama.

0 komentar:

Posting Komentar